Saturday, August 30, 2008

Hancock: Menunjukkan Maksud Baik dengan Baik

Sore tadi, sesaat setelah menemani Adik sepupu & Bibi menonton Hancock, kami mampir sebentar di Centro, tepatnya di bagian sepatu & sandal wanita untuk melihat adakah sandal yang sekiranya berkenan di hati Bibi guna menggantikan sandalnya yang sudah hampir terputus saat beberapa waktu yang lalu bertamasya seharian penuh ke daerah Magelang dan Pantai Depok.

Capek ikut menemani mencari, saya memutuskan untuk beristirahat di sebuah kursi ditengah para wanita yang berlalu lalang di depan saya. Sambil menunggu dan mengisi waktu bengong, saya melayangkan pikiran untuk mencari secercah pesan yang mungkin terkandung dibalik kekonyolan dan kemustahilan film yang barusan saya tonton.

Will Smith yang berperan sebagai seorang pria berpenampilan normal dengan kekuatan super merupakan bintang utama film tersebut. Sama sekali tidak ada ide tentang akan seperti apa film ini nantinya. Sesaat menerka-nerka saat gambar pertama muncul, saya kemudian dikejutkan dengan sebuah adegan yang waw, sama sekali jauh dari bayangan awal saya tentang film ini.

Will Smith terbang keudara dan menghancurkan pijakan tempat dia melontar. Weits, STOP.. :) Sebelum terlalu panjang saya membahas film ini, kini kembali ke pencarian saya dalam menunggu, akan pesan yang mungkin terkandung dalam film tersebut. Will Smith sebenarnya selalu melakukan kebaikan, namun sangat ironis, dia malah dibenci oleh masyarakat setelah apa yang dia perbuat saat melakukan kebaikan tersebut. Hal ini terjadi, karena caranya sewaktu menunjukkan maksud baik tersebut bisa dikatakan kurang beradab dan terkesan arogan. Dia dengan gampangnya menghancurkan papan penunjuk jalan saat mengejar gerombolan penjahat, belum lagi dia meletakkan mobil penjahat tersebut dipuncak sebuah gedung. Sangat banyak pengrusakan yang dilakukan Will Smith saat menunjukkan maksud baiknya selama film berlangsung.

Sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang pria yang saya lupa sama sekali namanya, yang akhirnya mampu merubah cara Will Smith untuk menunjukkan maksud baiknya.

Menunjukkan maksud baik dengan baik, itulah secercah pesan yang saya dapat ditengah kerumunan para wanita dengan betis yang argh... sangat mengganggu konsentrasi saya untuk mencoba menggali lebih banyak pesan dari film tersebut.

Akhirnya Bibi memanggil karena sudah menemukan sapasang sandal hitam yang sangat manis, bagaikan serentet buah anggur hitam dengan tetesan air hujan yang baru dipetik dari pohon.. huhu.. manis.. :) Dengan terpaksa sayapun menghentikan lamunan dan melanjutkan perjalanan menuju tempat Kos yang semakin hari semakin sejuk dan selalu menyenangkan hati..

Walaupun bermaksud baik akan selalu benar dan baik, akan lebih baik lagi jika orang lain bisa menerima maksud baik tersebut dengan baik.

Wednesday, August 27, 2008

Menulis Tanpa Arah Tujuan

Entah kemana arah tulisan ini nantinya. Hanya sekedar ingin menulis, tanpa ide sama sekali. Teringat sebuah pepatah lama yang menyatakan "alah bisa karena biasa", mungkin beberapa waktu kedepan blog ini akan dipenuhi berbagai tulisan yang sekiranya akan membuat anda betah untuk berlama-lama didepan komputer sambil menyeruput minuman kesukaan anda (teringat rumus The Secret, tuliskan apa yang anda harapkan, bukan yang tidak anda harapkan).

Kini arah tulisan ini menuju ke sebuah buku yang sudah lama tidak tersentuh lagi. The Secret karya Rhonda Byrne, buku inspiratif yang mampu sedikit merubah cara saya memandang kehidupan. Satu hal yang selalu menghiasi hari saya adalah rumus diatas: berfokuslah pada apa yang anda inginkan, bukan pada apa yang tidak anda inginkan. Kerangka berpikir yang sebelumnya sama sekali tidak pernah terlintas di pikiran saya yang selalu dipenuhi berbagai ketakutan akan apa yang tidak saya inginkan. Dan benar saja, ketakutan itulah yang biasanya menjadi kenyataan yang tentu saja sangat tidak menyenangkan.

Menyenangkan, sebuah kata yang akan menjadi topik paragraf ini. Banyak hal menyenangkan yang menghiasi hari-hari saya belakangan ini. Mengerjakan Tugas Akhir adalah prioritas dan hal paling menggembirakan ditengah rutinitas harian saya yang sangat monoton. Menonton pertunjukan musik menjadi media penyegaran jiwa yang sangat efektif ditengah melempemnya berbagai hiburan di media televisi. Belakangan kegiatan bertamasya bersama teman-teman mulai mendapat jatah tambahan didalam mengisi hari-hari saya. Terakhir, menulis tanpa arah tujuan, yang katanya merupakan media efektif untuk melepaskan luapan emosi yang mengalir di dada. Ah, semoga saja..

Umm.. 3 paragraf sudah terlewati, sampai jumpa ditulisan TERARAH selanjutnya... :)