Monday, July 23, 2012

Pulau Menjangan: On the sea again

Wajah Wida terlihat pucat, sedari tadi dia mengeluhkan bagian kanan perutnya yang mengalami keram. Beberapa kali kami berhenti untuk beristirahat sejenak, namun tetap saja keram perut Wida tak kunjung hilang.

Waktu itu kira-kira jam 2 dini hari. Kami hendak menggapai puncak Gunung Batukaru dari wilayah Pupuan untuk melihat sunrise. Suasana cukup mencekam waktu itu, kepanikan nampak jelas pada nada bicara dan raut wajah teman saya Brangga. Dia belum pernah naik gunung sebelumnya, nampaknya berbagai mitos yang didengarnya tentang keangkeran gunung-gunung di Bali baru saja mewujud nyata subuh itu. Beberapa kali dia
menyarankan untuk kembali ke bawah namun kami hiraukan dan memilih untuk tetap melangkah kedepan.

Sayapun dulu pernah mengalaminya. Sunyi, gelap dan dingin benar-benar merupakan perpaduan sempurna untuk menimbulkan suasana mencekam. Logika kerap terjungkir balik kalau sudah begini. Beruntung ketika jaman S1 dulu, saya bertemu mereka-mereka yang mengajarkan tentang betapa menyenangkannya sebuah pendakian malam. Berbagai mitos tentang keangkeran sebuah gunung perlahan memudar berganti gairah membara untuk menggapai puncak :)

Ditengah perjalanan Wida berujar "kayanya ini aku mau haid deh". Wah,gawat juga kalau haid di gunung, karena tidak ingin rombongan terpecah, maka kami memutuskan untuk turun bersama-sama.

Langit masih gelap, mungkin baru sekitar satu jam semenjak awal pendakian tadi. Hendak pulang, nanggung, kami mulai membincangkan tujuan alternatif. Tiba-tiba Yogi nyeletuk "bagaimana kalau kita ke pulau menjangan saja?", ide menarik, kami mulai mempertimbangkan jalur mana yang hendak dilalui untuk sampai di sana. Ada dua alternatif, pertama lewat jalur utara melalui seririt kemudian mengikuti jalan raya sepanjang garis pantai Bali Utara atau lewat jalur selatan melalui pekutatan dilanjut menyusuri jalan raya Denpasar-Gilimanuk. Yogi berkata dia pernah ke pelabuhan penyeberangan Pulau Menjangan melalui Seririt, daripada nyasar-nyasar, maka kami putuskan akan melalui jalur itu saja.

Menjangan get lost

Gelap seringkali membuat kita mengalami disorientasi arah. Malam itu Yogi mengalaminya. Setelah cukup jauh, dia baru ngeh bahwa jalur yang kami lalui bukan menuju Seririt, tapi menuju jalur selatan. Sudah cukup jauh jika ingin berbalik arah, maka akhirnya kami putuskan untuk menempuh jalur selatan saja.

Jalanan masih sangat sepi waktu itu, hanya sesekali kami berpapasan dengan kendaraan lain. Jalur dari Pupuan menuju ke jalan Denpasar-Gilimanuk merupakan jalur pedesaan. Dibeberapa bagian, jalan menjadi semakin kecil. Saya sempat berpikir kalau jalur yang kami lalui adalah salah, tapi karena tidak ada tempat untuk bertanya, mau ga mau kendaraan harus terus dilaju. Sebentar lagi juga pagi, kalau salah jalan nanti bisa minta petunjuk sama orang pikir saya.

Hampir 1,5 jam harap-harap cemas, akhirnya kami melihat jalan besar juga. Senang rasanya melihat lampu penerangan jalan yang benderang, juga truk-truk pengangkut barang yang berseliweran. Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk!

Tidak satupun dari kami yang memiliki bayangan tentang apa yang akan dijumpai di pulau menjangan. Pada kunjungan sebelumnya, Yogi tidak menyempatkan diri untuk menyebrang ke pulau menjangan, hanya sampai di pelabuhan penyeberangannya saja. Dia memang tipe 
seorang eksplorer sejati, seringkali dia melakukan survey seorang diri dulu sebelum melakukan perjalanan ramai-ramai bersama rombongan. Penjelasan-penjelasan yang dilontarkan mengenai detail perjalanan yang akan kami lakukan selalu mampu membuat saya berdecak kagum. Berhubung perjalanan kali ini merupakan sebuah kecelakaan, maka tidak banyak hal yang bisa dia jelaskan tentang pulau yang satu ini :)

Sinar mentari pagi menjadi penyambut kisah kami disana. Ada juga ratusan perahu yang sedang parkir di dermaga. Air laut yang tenang berpadu dengan terpaan sinar keemasan mentari pagi menghasilkan refleksi yang menawan. Ditambah lagi dengan latar belakang langit biru nan bersih, tidak mungkin rasanya kami melewatkan momen untuk bernarsis ria ini :)

Sebenarnya kami hendak meminjam snorkel agar bisa melihat keindahan bawah laut di sekitar pulau, sayang waktu itu tempat peminjaman snorkel belum buka. Kami malas menunggu dan memutuskan untuk menyebrang saja.

Bapak tukang perahu memberikan penjelasan tentang tempat-tempat sembahyang yang ada di sekitar pulau. Ada 7 tempat sembahyang yang bisa dikunjungi di areal bawah, dan 1 di posisi ujung atas pulau. Kami mengikuti persembahyangan di semua tempat yang ada, tapi tidak dengan Yogi, dia tidak membawa kain kamen, maka sambil menunggu dia memilih untuk jalan-jalan disekitaran tempat sembahyang sambil mengabadikan gambar.

Tempat sembahyang yang berada di ujung paling utara pulau merupakan tempat yang begitu indah. Berada diujung pulau, terdapat sebuah patung Ganesha yang berukuran sangat besar disana. Kami membuka perbekalan dibawah sebuah pohon rindang yang berada di sebelah barat patung. Rasanya makanan apa saja jika dinikmati ditempat seindah itu pasti akan menjadi sangat nikmat :). 

Ditempat seperti inilah rasa malas seharusnya menjadi tuan, bukan ketika hari-hari menjelang ujian yang seharusnya menjadi milik 'semangat membara' :). 
Ketika orang-orang mulai melanjutkan perjalanan ke pura yang berada di bagian paling atas pulau, kami malah memilih untuk melepaskan kain yang kami kenakan dan bersantai dulu disana. Sambil melempar senyum mereka lewat disebelah kami, senyum ramah yang bisa juga merupakan bentuk rasa geli mereka melihat kostum yang kami kenakan. Kain melilit tubuh bagian bawah dan keril tinggi di punggung. Kalau saja mereka tau kisah perjalanan kami hingga sampai di pulau itu, mungkin mereka akan tersenyum lebih lebar lagi.


Iya, kami sedang tersesat waktu itu. Tersesat ditempat begitu indah yang membuat kami malas untuk beranjak. Beberapa jam disana tentu masih sangat kurang. Anggap saja ini sebagai survey awal untuk kunjungan berikutnya yang mesti dipersiapkan dengan lebih matang lagi. Snorkel, tenda, beer, kayu bakar dan ikan harus masuk dalam daftar bawaan pada kunjungan berikutnya :)

foto-foto perjalanan bisa dilihat di album ini lovelydayofmylife.multiply.com/photos/album/22

ps : menjangan get lost merupakan judul folder yang dibuat yogi untuk
      menyimpan foto-foto perjalanan ini

Wednesday, June 6, 2012

Gunung Arjuno




Lebaran selalu jadi momen tepat untuk berlibur bagi mereka para pekerja kantoran. Izin cuti minimal seminggu sudah pasti akan ada di tangan pada momen ini. Itulah mengapa saya dan teman-teman seringkali melakukan perjalanan panjang ketika momen lebaran.

Sebenarnya ini cerita ketika lebaran tahun 2011 yang lalu. Hampir setahun sudah. Kesibukan mencari bentuk diri membuat saya mengesampingkan hal-hal yang sebetulnya sangat saya nikmati, bercerita di sini salah satunya. Beruntung saya menemukan situs ini. Membaca artikel-artikel yang ada disana selalu mampu memberi sedikit kehangatan ketika saya sedang berada di "ruang freezer" yang dipenuhi mahasiswa yang anteng memelototi layar monitor sambil sesekali membuka-buka halaman tesis yang ada disebelahnya.

Perjalanan ini dimulai dari bekasi. Waktu itu saya sedang menghabiskan waktu libur dikontrakan seorang teman, dimana saya sempat belajar sambil bekerja tahun sebelumnya.

Saya berangkat pada H-4 lebaran. Hendak menumpang kereta namun belum memiliki tiket. Usaha saya untuk mendapatkan tiket 2 hari sebelum hari keberangkatan tidak membuahkan hasil. Tiket kereta ekonomi sudah habis terjual jauh hari sebelumnya. Rumor tentang adanya kereta tambahan juga tidak terbukti. Beruntung saya bertemu seorang bapak yang memberikan tips jitu, yaitu membeli tiket untuk tanggal berapa saja, namun tetap berangkat pada hari itu. Tips itu tidak berjalan mulus, perlu sedikit kucing-kucingan dengan petugas dan skill memelas tingkat cupetong sebelum saya berhasil berangkat ke jogja. :)

Puncak Arjuna : Riang bukan kepalang

Saya bersama dua orang teman dalam perjalanan ini, Ketut dan Yogi. Kami bertemu di Surabaya sebelum bersama-sama melanjutkan perjalanan ke daerah tretes, pos awal pendakian.

Perjalanan dari pos pendakian tretes sampai pondok welirang merupakan perjalanan yang cukup panjang. Kami berangkat malam, mungkin sekitar jam 8. Masing-masing dari kami baru saja melakukan perjalanan panjang yang cukup melelahkan untuk mencapai surabaya. Ketut berangkat dari Jakarta, Yogi dari Bali dan saya dari bekasi, oleh karena itu malam pertama kami putuskan untuk menginap di pos kopkopan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pos pendakian tretes.

Pagi-pagi kami melanjutkan perjalanan menuju pondok welirang. Jalur yang kami lewati merupakan jalur para penambang belerang yang berbatu dan memutar. Waktu itu hari lebaran, tidak ada kegiatan menambang yang juga berarti tidak ada jeep yang seharusnya bisa kami tumpangi sampai di pondok welirang :)

Siang hari kami sampai di pondok welirang, tidak berlama-lama disana, kami melanjutkan perjalanan menuju lembah kidang. Sayang beberapa hari sebelumnya baru saja terjadi kebakaran di lembah ini, bekal imaji yang kami bawa tentang padang savana berhektar-hektar sejauh mata memandang berbalas padang abu hitam pekat sejauh mata memandang. Tidak apa-apa kami masih memiliki bekal imaji tentang keindahan puncak arjuna di kepala.

Dari lembah kidang, jalur akan mulai menanjak karena merupakan punggungan terakhir menuju puncak. Sore menjelang, kami malas untuk jalan malam, beruntung ada dataran sempit untuk mendirikan tenda didekat jalur, kamipun bermalam disana.

Dari tempat camp kedua, masih perlu sekitar 2 jam untuk mencapai puncak. Beruntung cuaca cerah, rasa lelah jadi sedikit terobati oleh pemandangan alam yang ada. Dibagian selatan kami disuguhi lansekap kokohnya gunung penanggungan, dibagian timur terdapat perbukitan gunung kembar I dan gunung kembar II sebelum puncak putih welirang yang terlihat sedikit mengepulkan asap.

Pelepas lelah paling utama tentu saja pemandangan dari puncak arjuna. Puncak berbatu dengan pemandangan awan biru disegala sisinya. Siluet gunung semeru juga tampak jelas dari sini. Belum pernah saya merasa segirang itu ketika mencapai puncak sebuah gunung. Perpaduan cuaca cerah, teman perjalanan yang menyenangkan, juga keterkesanan akan bentang alam yang baru pertama kali saya jumpai membuncahkan rasa riang yang sangat sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata :)

Rasa riang bertambah lengkap ketika perjalanan kami ditutup dengan mandi di sebuah air terjun. Air terjun kakek bodo namanya, air terjun ini berada di dekat pos pendakian tretes. Oh iya, kami turun melalui jalur yang sama dengan jalur ketika naik, kami juga sempat bermalam lagi di pos kopkopan sebelum menuju air terjun dan kembali ke pos pendakian tretes.

Thursday, January 5, 2012

Merapi




Akhirnya saya bisa melihat merapi dari dekat pasca erupsi tahun 2010 lalu, tidak tanggung-tanggung, 3 kali dalam 3 minggu, tepatnya tanggal 25 september, 2 oktober dan 8 oktober. Ada yang sedikit berubah dengan jalur yang ada. Jalur diladang penduduk jadi lebih terjal sekarang, jalur dari pasar bubrah untuk mencapai puncak apalagi, super terjal!! Harus merangkak perlahan untuk bisa mencapai puncak garuda yang sekarang hanya berupa igir-igir tipis yang langsung berhadapan dengan kaldera yang memiliki lobang besar disisi selatannya. Nampaknya itu merupakan jalur lahar ketika terjadi erupsi desember lalu.

Perjalanan diminggu kedua pada waktu itu merupakan perjalanan mendaki gunung ketiga saya dengan teman-teman di mcs --Saya sempat mendaki gunung ungaran juga gunung merbabu sewaktu liburan semester lalu dengan beberapa dari mereka--. Sebuah keluarga baru yang kembali mengajarkan saya tentang kebersamaan. Saya ingin bercerita banyak tentang keluarga baru ini sebenarnya, tapi lain kali saja, karena album ini adalah milik Merapi :)

Friday, September 2, 2011

Rinjani




Sebenernya ini jalan-jalan ke Lombok setahun yang lalu, tepatnya tanggal 8 sampai 11 September 2010, tapi di fotonya tertulis tahun 2008. Yogi lupa ngatur waktu di kamera waktu itu.

Kalau ditanya apa yang paling istimewa dari perjalanan ini, maka saya akan menjawab "SEMUANYA!!" :D

Saturday, April 30, 2011

Gunung Gede Pangrango




Berselancar sambil melihat-lihat foto adalah salah satu kegemaran saya. Beberapa foto mampu menimbulkan impresi begitu dalam sehingga membuncahkan hasrat untuk dapat berada disana. Foto alun-alun Suryakencana dari puncak gunung gede adalah salah satunya. Alun-alun Suryakencana, sebuah nama yang begitu pas dengan gambaran yang terlihat dalam foto yang saya lihat disalah satu blog yang ada di multiply saat itu. Sebuah lembah luas berwarna kuning keemasan dengan pinggiran berwarna putih yang tampaknya berasal dari gerombolan bunga Edel.

Tanggal 22 April 2011 akhirnya saya bisa kesana, berada diantara cantigi dan menyaksikan secara langsung lembah yang selama ini menghiasi angan saya. Sangat indah.

nb:
Foto-foto ini saya ambil dari halaman facebook teman saya Yogi, semua credit adalah untuk dia.. :)

Monday, December 6, 2010

Selamat Galungan

Waktu itu Sabtu, 2 Oktober 2010. Dengan pakaian kebesaran dan carrier di punggung saya celingukan di stasiun itu. Sungguh asing, itu merupakan kali pertama saya menginjakkan kaki di disana, stasiun Bekasi.

Hari ini, Selasa 7 Desember 2010, dua bulan lebih 5 hari sudah saya disini. Senang rasanya, akhirnya berada didunia kerja yang sesungguhnya. Banyak sekali pelajaran yang mustahil rasanya saya dapat ketika kuliah dulu.

Sepertinya bulan depan saya sudah akan beranjak, walau sebenarnya masih banyak hal yang ingin saya pelajari disini. Semoga saja waktu yang tersisa bisa saya maksimalkan nanti. Paling tidak, isi kepala saya tidak terlalu kosong sekembali ke Jogja nanti. Tantangan dan kehidupan baru menanti disana, ingin rasanya merangkul dan mencium kedua orang tua saya untuk kesempatan kedua ini.

Subuh ini orang tua saya pasti sudah terbangun, hari ini hari penampahan, sehari sebelum hari raya Galungan. Biasanya saya membantu mereka mempersiapkan bumbu untuk memasak. Suasana penampahan selalu membayang, Bapak yang begitu sigap "nektek" bahan lawar, Mamak yang begitu setia "magorengan" didapur, Adik yang selalu datang ke dapur dengan tampang awut2an karena bangun kesiangan, juga senda gurau dan canda tawa bersama keluarga yang lain ketika membuat urutan dan membungkus tum di jineng.

Kalau sudah begini, saya jadi kangen rumah, ingin cepat pulang rasanya. Semoga saja awal tahun depan saya ada waktu luang..


Selamat Hari Raya Galungan.. :)

Sunday, September 5, 2010

Gunung Agung




Sampai saat ini Gunung Agung merupakan tempat paling menarik yang pernah saya kunjungi. Selain memiliki jalur yang beragam, gunung ini juga menawarkan pemandangan dan tantangan di atas rata-rata.

Semoga gambar-gambar ini bisa memberi sedikit gambaran tentang keindahan serta tantangan yang ditawarkan pendakian di tanah tertinggi di Pulau Bali ini.